Saya
sangat mengapresiasi usaha Kartunet Kampanye Aksesibilitas Tanpa Batas yang
peduli pada saudara-saudara disabilitas. Percaya atau tidak, gerakan semacam
ini berarti besar bagi mereka dan kita yang dapat serta ingin memahami mereka.
Saya
yakin ada banyak sekali orang yang peduli pada isu seputar disabilitas, ada
banyak aktivis diantaranya yang berjuang keras membela hak-hak mereka. Tidak dapat
dipungkiri bahwa usaha-usaha itu sedikit demi sedikit mulai terlihat hasilnya.
Segelintir
masyarakat mulai tanggap terhadap isu disabilitas dan mulai perduli terhadap
penyandang disabilitas. Bahkan Pemerintah pun mulai tersindir dengan kampanye
dan usaha serupa Kartunet Kampanye Aksesibilitas Tanpa Batas. Pemerintah mulai
menyediakan space khusus untuk penyandang tuna daksa di beberapa tempat umum. Tapi
apakah itu semua sudah cukup?
Kepedulian
Pemerintah dirasa masih belum cukup untuk memenuhi hak-hak penyandang
disabilitas. Bahkan fasilitas yang disediakan Pemerintah untuk mereka pun mulai
tidak terawat sehingga menimbulkan kesan bahwa usaha Pemerintah itu hanyalah “angin
lalu”.
Pemerintah harus menyadari bahwa kota besar
dengan penduduk yang padat, dengan gedung-gedung yang tinggi, dengan jumlah
kendaraan berlebih sebagai biang kemacetan, ketidak teraturannya dan
orang-orangnya yang cenderung tak acuh pada lingkungan serta orang-orang
disekitarnya terasa kurang manusiawi jika dihadapkan pada pembahasan mengenai
disabilitas. Bukan tanpa alasan karena pada kenyataannya perhatian masyarakat
dan Pemerintah kepada para penyandang disabilitas masih sangat kurang.
Dengan keterbatasan yang ada, penyandang
disabilitas mengalami banyak kesulitan untuk mengakses fasilitas-fasilitas
public. Kurang memadainya fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas serta
kesemrawutan penataan kota yang menjadikan kota seperti ‘hutan belantara’ bagi
mereka merupakan bukti nyata akan rendahnya perhatian Pemerintah.
Bahkan Yogyakarta yang dikenal sebagai
kota berhati nyaman pun nyatanya tidak cukup nyaman bagi penyandang
disabilitas. Tidak separah kota besar lain termasuk Jakarta, namun dengan
predikat ‘Yogyakarta berhati nyaman’ membuat Pemerintah Kota Yogyakarta perlu
melihat kembali apakah kota ini benar-benar sudah nyaman bagi warganya atau
belum.
Beberapa waktu lalu saya melihat seorang
pria mengayuh kursi rodanya dengan kedua tangannya di bawah terik matahari kota
Yogyakarta. Bukan hal istimewa mengingat semua orang juga berpanas-panasan
siang itu. Tapi yang membuat saya heran adalah karena pria itu mengayuh kursi
rodanya di jalan raya dan berpacu dengan motor dan mobil yang saling
mendahului. Bahkan beberapa kali motor di jalan itu membunyikan klakson agar ia
mengayuh lebih cepat.
Sebenarnya pemandangan semacam itu
bukanlah sesuatu yang aneh di kota ini, bahkan saya berulang kali menemukan
pemandangan serupa. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Pemerintah
tidak berpikir untuk menyediakan jalur sendiri untuk mereka? Tentunya hal
tersebut tidak dimaksudkan untuk mengucilkan penyandang disabilitas, tapi pada
faktanya itu adalah hal yang sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan
mereka.
Tidak hanya fasilitas jalan saja yang
perlu dipikirkan untuk memfasilitasi penyandang disabilitas. ada banyak
fasilitas public yang belum dilengkapi fasilitas khusus bagi penyandang
disabilitas. Sebut saja pengembalian fungsi trotoar sebagai kawasan pejalan kaki
yang juga dapat dijadikan ruang kegiatan serta alternatif jalan yang aman dan
nyaman bagi penyandang disabilitas. pada dasarnya hal ini bukanlah hal yang
muluk mengingat fungsi trotoar memang untuk pejalan kaki dan ruang public.
Namun hingga kini trotoar masih belum dapat difungsikan sebagaimana mestinya,
trotoar di Yogyakarta serta kota-kota besar di indonesia nyatanya masih
disesaki oleh para pedagang kaki lima dan dijadikan lahan parkir yang
mengganggu, bahkan tidak jarang para pengendara motor merambah trotoar dan bahu jalan.
lifestyle.kompasiana.com |
Selain penyediaan ruang terbuka, Pemerintah
seharusnya dapat menyediakan space khusus yang diperuntukkan bagi pengguna
kursi roda di kendaraan umum seperti bus kota, busway, kereta api, pesawat
terbang dan kapal laut. Hal ini sangat penting untuk memudahkan penyandang
disabilitas, khususnya tuna daksa untuk menggunakan kendaraan umum.
Selain penyediaan ruang khusus bagi
penyandang disabilitas, penyediaan fasilitas pendukung lain juga sangat
diperlukan. Misalnya dengan penyediaan Kartu Tanda Penduduk, kartu Busway, dan
kartu-kartu akses fasilitas public yang menggunakan huruf braille bagi
penyandang tuna netra. Selain itu untuk memudahkan penyandang tuna netra untuk
menyeberang jalan juga diperlukan semacam system suara pada trafic light. System ini penting agar
mereka dapat memastikan kapan harus berhenti dan kapan boleh menyeberang seperti di Jepang.
imelda.coutrier.com |
Kepedulian pemerintah dan kita sangatlah penting. bukankah semua orang memiliki hak yang sama untuk mengecap kenyamanan hidup di negeri ini? Untuk itulah Kartunet
Kampanye Aksesibilitas Tanpa Batas oleh Kartunet.com, sebagai citizen media yang peduli pada isu-isu
disabilitas, bekerja sama dengan ASEAN Blogger Community dan didukung
oleh XL Axiata menjadi batu loncatan serta bukti nyata bahwa masih banyak yang peduli terhadap isu disabilitas. tinggal bagaimana kita dan Pemerintah menindaklanjutinya.