Ku jalani hariku begitu saja…mengalir
seperti air. Sebisa mungkin ku jauhkan segala pikiran yang
membebaniku…flat…sama…dan sama…begitulah hariku berlalu selama ini. senyum
selalu tersungging di sudut bibirku, tawa mengembang bersama hingar bingar yang
kuhadapi, namun entah di sudut hatiku aku bertanya,
“apa yang
kutertawakan? Bukankah itu hanya lelucon yang sama seperti waktu itu. Apa yang
bisa ku banggakan? Bukannkah kau hanya orang biasa dengan cerita-cerita yang
biasa pula. Apa yang kau bicarakan? Bukankah dalam setiap detil kisahmu tak
lebih dari penjabaran kisah-kisah dalam buku. Untuk apa kau hidup? Hanya untuk
bernafas dalam belenggu ketakutanmu akan perubahan?”
Semua pertanyaan itu membuatku tersadar akan kebodohanku…
Aku tak bisa terus menjadi air yang
selalu mengikuti jalur yang terus mengatur…sudah saatnya aku menjadi angin yang
bergerak bebas ke mana pun ku ingin…terbang melayang menikmati ciptaan tuhan,
bertualang mencari jati diri yang hingga kini tak kuyakini telah ku miliki.
Sebuah panggilan yang sungguh selalu
hanya menjadi mimpi ketika kutakut melangkah, dulu. Kini kujajaki dengan
langkah pasti, dengan segenap asa yang ku bawa, ku dapati diriku Berjaya pada
titik pemikiran yang buatku kian dewasa.
Hanya jejak-jejak kenekatan yang membuatku tak lagi terikat…
Akhirnya kusadari kebodohanku,
mengapa tak sejak dulu ku sadari betapa aku memiliki sejuta mimpi yang ingin ku
gapai…
“Mimpiku adalah
untuk bisa menapaki jejak-jejak keindahan sang alam, meresapi setiap hela nafas
kehidupan dan khusyuk dalam setiap sujut yang kulakukan. Menciptakan senyum
abadi untuk kedua orang tuaku dan menebar senyum pada bibir-bibir indah yang
tak seharusnya menangis. Karena makna kehidupan yang sesungguhnya adalah ketika
kita tertawa maka mereka pun tertawa, bukan menangis. Dan ketika kita menangis,
mereka akan turut menangis, bukan mentertawakan. Karena bagiku…hidup takkan
menjadi sia-sia ketika kau bisamembuat semua orang menerimamu utuk tanpa
mengeluh.”
Setidaknya itu yang dapat … pemahaman yang merubah segalanya……
“Bagiku, orang yang
kalah adalah orang yang tidak berani merubah dirinya untuk menjadi lebih baik
lagi.”